Aku dan Fifa adalah sahabat sejak kami kuliah dulu. Bagi kami berdua persahabatan kami begitu banyak memberikan kenangan dan ilmu yang bermanfaat. Setelah lulus aku diterima kerja di sebuah perusahaan di Jakarta. Maka dengan berat hati, aku meninggalkan Surabaya, kota yang sudah mengajarkan kami banyak hal. Dan juga meninggalkan Fifa. Tapi bagaimanapun semua harus tetap berlanjut, karena aku sangat yakin bahwa Allah menyuruh kita bertebaran di muka bumi, di belahan manapun, agar umat manusia mencari rizkiNya. Dan kenapa harus di Jakarta?
Ku tepis keraguan ini karena bagaimanapun kata Fifa kemarin, saat mengantarku di stasiun Pasar Turi, ”Kita harus berprasangka baik kepada Allah. Belum tentu Jakarta sesuai dengan bayangan kita selama ini,dan aku yakin Allah punya rencana yang terbaik untukmu.Yang penting kamu jangan lupa buat ngaji terus, dan banyak doa mohon petunjuk dari Allah.”
”Demi dzat yang tidak ada Tuhan selain-Nya, tidak ada anugrah yang paling besar yang diberikan kepada seorang hamba selain baik sangka kepada Alah Azza wa jala. Demi dzat yang tidak ada Tuhan selain-Nya, tidaklah seorang hamba berbaik sangka kepada Allah melainkan Allah akan berbaik sangka kepadanya. Hal itu karena segala kebaikan ada ditanganNya.”
(Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ’anh)
”Terimakasih Fa, buat semuanya., smoga kita tetap bisa menjalin silaturahmi ini meski terpisah ruang dan waktu.” Dan dalam hatiku, aku merasa tak ada keraguan lagi, entah mengapa dalam doa-doaku setelah sholat, aku merasakan kemantapan hati buat langkah ku selanjutnya. Tak ada ketakutan dan begitu ringan melangkah. Aku hanya minta satu hal padaMu ya Allah, berikanlah yang terbaik untuk ku, untuk kehidupan dunia dan akhiratku nanti.
Dan di sinilah, di sebuah kota metropolis, ya Welcome to Jakarta, yang tak kalah hebat menamparku perlahan dan pasti. Kota yang begitu aku datang ke sini, sudah menunjukkan gambaran aslinya. Saat aku datang pertama kali ke sini, dimana-mana tampak kemacetan dan kesibukan orang-orang beraktifitas. Kota yang tak kenal sepi, karena saat malam tiba-pun, lalu lintas di jalan ini tak kalah sepi dengan aktifitas di pagi dan siang hari.
Ya …itu adalah cuplikan cerpen di halaman pertama yang kususun untuk ibu tercinta. Untuk keperluan sertifikasi guru, harus mengumpulkan cerpen dan puisi-puisi. Yang gampang ditulis di halaman awal, namun di bagian akhirnya cukup sulit untuk membuat sebuah akhir kisah yang manis. Dan beliau baru halaman pertama saja sudah tak mau melanjutkan membaca, katanya gak tega, memang di tengah2 terkesan agak menyedihkan. Padahal di akhir cukup manis dan mengharukan. Mungkin beliau sudah membayangkan kalau pelakunya adalah anaknya. Hehe, padahal hanya sebagian saja, dan di akhir cerita nya pun ditutup dengan senyum oleh pelakunya. Dan semoga saja di faktanya jg demikian. Amin
di indah dunia, yg berakhir sunyi
langkah kaki di dalam rencanaNya
smua berjalan dlm kehendakNya
nafas hidup, cinta dan segalanya
Dan tepatnya april ini atau maret kemarin, 3 tahun sudah penuh cerita di Jakarta. Tak kan cukup ku tulis semuanya di sini. Karena begitu banyak hal yg bisa dibagi dan diceritakan. Sudah menjadi sunatullah kalau manusia kadang ada di atas, kadang di bawah. Kadang bahagia, kadang sedih. Kadang begitu mudah mengatasi ujian, namun kadang merasa lemah. Nikmat dan ujian datang silih berganti, karena semua ada gilirannya masing2.
dan tertatih menjalani sgala kehendakMu
ku berserah ku berpasrah, hanya padaMu
Pekerjaan, lingkungan dan teman2 di kantor, teman-teman di kos, orang2 siapapun yang ku temui dan memberikan begitu banyak cinta, perhatian, nasehat. Keluarga dan teman-teman yg meski jauh dr Jakarta, yg masih memberikan dukungan dan waktunya untuk berbagi. Semuanya adalah anugerah sebuah ukhuwah dan persaudaraan yg tak terganti oleh apapun.
Siapa yang memberikan semuanya tanpa kita minta? Siapa yg mengatur di baliknya? Siapa ? Sang sutradara di alam ini ..Allah. Yg selalu mengarahkan manusia ke hakekat penciptaan asal dan kembalinya nanti. Yg memberikan ujian agar kita lebih dekat dg Allah, agar kita bersabar, dan tak lupa padaNya
Yg memberikan banyak nikmat, karunia, rizqi dan tentu saja ilmu untuk membuka mata hati kita agar selalu mensyukuri semuanya, agar tak lupa diri.
bila mungkin ada luka, coba tersenyumlah
bila mungkin tawa, coba bersabarlah
karna airmata tak abadi
akan hilang dan berganti
Di akhirnya, semoga sampai waktunya nanti tiba, Allah tetap menganugerahkan hal yg terindah itu, Iman dan Islam. amin
bila mungkin hidup hampa dirasa
mungkinkah hati merindukan Dia
krn dgnNya hati tenang
damai jiwa dan raga
(Taqdir – Opick feat Melly)
Ya Allah, sesungguhnya kami pada Mu keselamatan dalam agama, kesejahteraan, kesehatan jasmani, bertambah ilmu pengetahuan, rezeki yang berkah, diterima tobat sebelum mati, dapat rahmat ketika mati dan dapat ampunan setelah mati.
Ya Allah, mudahkanlah kami pada waktu menjelang kematian (sakaratul maut) dan selamatkanlah kami dari api neraka serta kami mohon ampunan ketika dihisab